Siapa yang tidak kenal Ciputra? Beliau adalah pengembang dari wisata Ancol , Bintaro, BSD, PIK dan pemilik berbagai perusahaan di Indonesia dan mancanegara.




Dalam orasi ilmiahnya beliau mendifinisikan seorang entrepreneur adalah seseorang dengan "kecakapan mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas". Menurut beliau orang dengan kecakapan mengubah kotoran dan rongsokan jadi emas tidak harus berada di dunia bisnis saja. Seseorang yang memiliki jiwa dan kecakapan entrepreneurship dapat berada di pemerintah, dunia akademik, atau dalam pelayanan sosial. Mereka memiliki pola pikir (mindset) yang sama, jiwa (spirit) dan kecapakan yang sama yaitu mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas,namun yang membedakan adalah tujuan yang ingin dicapai. Contoh entrepreneur di pemerintahan menurut beliau adalah Bpk Ali Sadikin, yang telah mendukung Ciputra mengembangkan wisata ancol, dan Lee Kuan Yew yang mengembangkan Singapura. Entrepreneur di pelayanan sosial seperti Muhammad Yunus peraih Nobel dari Bangladesh.

Definisi mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas menurut beliau ada 3 makna utama. Pertama adalah terjadinya sebuah perubahan kreatif yang berarti: dari kotoran dan rongsokan yang tidak berharga dan dibuang orang menjadi sesuatu yang memiliki nilai yang lebih besar. Kedua hasil akhir dari perubahan memiliki nilai komersial, bukan hanya dianggap sebagai karya yang hebat namun juga memiliki nilai pasar yang tinggi. Ketiga untuk mendapatkan emas seorang entrepreneur bisa memulainya dari kotoran dan rongsokan yang tidak bernilai, dengan kata lain dengan modal nol.

Ternyata Ciputra adalah orang "Kampung". Beliau dilahirkan di Parigi, Sulawesi tgl 24 Agustus 1931, kemudian dibesarkan di Bumbulan yang orangtuanya memiliki toko kelontong di sana.Pada usia 12 tahun sudah menjadi anak yatim, karena ayahnya ditangkap oleh tentara Penjajah karena dituduh mata-mata. Sejak usia 12 taun itu, karena desakan untuk mempertahankan hidup beliau mengembangkan dan mempraktekan entrepreneurship. Sampai akhirnya bisa masuk ITB jurusan Arsitektur dan lulus tahun 1960. Setelah lulus ITB beliau mendirikan perusahaan Jaya Group, Metropolitan Group dan Ciputra Group.

Menariknya ijazah yang diperoleh dengan susah payah dari ITB tidak pernah beliau lirik. Artinya dari awal beliau sudah bertekad untuk menjadi pengusaha bukan karyawan.

Menurut sebuah buku yang dikutip beliau, sebuah negara bila ingin makmur minimal jumlah entrepreneur adalah 2% dari jumlah penduduk. Di Indonesia jumlah entrepreneur masih berkisar 400 ribu orang atau 0.18% dari jumlah penduduk, sedangkan idealnya sekitar 4,4 juta orang. Jadi kesempatan masih terbuka lebar di negara kita bagi enterpreuner dan calon enterpreuner untuk mengisi kekurangannya.

0 comments

Posting Komentar

Baca Juga Yang Ini

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

komentar terakhir